Kita boleh Telanjang, tapi jangan bulat-bulat.



Selalu ingin menulis kata yang dapat memberi suntikan semangat, kata yang sederhana namun ber-Daya...bagi hidupku...^_^


Butuh advis untuk meringankan antesedan. Seenaknya menganulir dengan apatis, padahal animo hampir finish. Hanya saja apriori belum merekah, masih berupa argot-argot beku. Disparitas menciptakan elegi. Perasaan yang frontal menjadi fluktuatif. Genial..., grafologi dan futurologi tak terdeteksi. Aku bukan hipokrit pun indolen yang mengkamuflase segala. Hapus sikap skeptis karena kita butuh restorasi...!


"Selamat menyelami huruf-huruf (usang)-ku"

Senin, 04 Maret 2013

Hentikan Memakan Uang Rakyat*)


     Korupsi sudah merebak, merajai semua bidang pemerintahan Indonesia. Pelaku yang mulai teridentifikasi mulai dari pejabat rendah sampai pejabat tinggi, bahkan rakyat kecil pun sudah mengambil peran dalam masalah ini. Disamping menjadi korban utama dampak perkorupsian, mereka juga berperan sebagai koruptor meskipun dalam tingkatan kelas teri. Koruptor tidak jauh beda dengan teroris, mereka sama-sama menyengsarakan rakyat. Memeras keringat rakyat, menghabiskan uang negara tanpa rasa bersalah.
     Mengapa masalah semacam ini dibiarkan melebar ke seantero dunia termasuk Indonesia? Padahal sudah jelas dampak yang ditimbulkan luar biasa hebatnya. Mulai dari hutang negara yang menggunung, pendidikan dan layanan kesehatan yang kurang maksimal, kemiskinan dimana-mana, dan masih banyak lagi dampak yang ditimbulkan akibat korupsi, sehingga bukan tidak mungkin negara Indonesia menjadi semakin terpuruk karena ulah para tikus berdasi. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa pejabat tinggi pemerintahlah yang berlomba-lomba mendapatkan gelar “Koruptor Agung”. Mereka sudah tidak mempunyai rasa malu lagi merongrong negara dengan dalih dedikasi kepada negara, padahal mereka merapuhkan pancasila dan undang-undang yang mereka buat sendiri.
     KPK adalah salah satu lembaga yang bertugas memberantas korupsi. Pertanyaannya apakah KPK sudah menjalankan fungsinya dengan baik? jAwabannya adalah belum. Mengapa? Karena kita lihat di kanan kiri masih banyak kasus-kasus korupsi yang belum terungkap, bahkan sudah terungkap tetapi hanya dibiarkan saja. Uang sogokan seperti debu yang berterbangan. Sungguh malang orang-orang yang menjadi budak kemunafikan paradigma. Rakyat adalah cermin penguasa negara kita.
     Sudah saatnya kita menata kembali diri kita. Kita lunturkan dogma perkorupsian di Indonesia. Negara ini mempunyai hak untuk berkembang. Jangan biarkan ia terinjak-injak karena mental yang loyo. Mari tingkatkan rasa nasionalisme, dekatkan diri pada agama. Mulailah membuka mata, lihat bagaimana kehidupan bangsa ini sungguh memprihatinkan bukan? Maka dari itu, hentikan memakan uang rakyat!

*) Sandra Novita Sari_Mahasiswa PPG SM-3T Universitas Negeri Semarang

0 komentar:

Posting Komentar