Kita boleh Telanjang, tapi jangan bulat-bulat.



Selalu ingin menulis kata yang dapat memberi suntikan semangat, kata yang sederhana namun ber-Daya...bagi hidupku...^_^


Butuh advis untuk meringankan antesedan. Seenaknya menganulir dengan apatis, padahal animo hampir finish. Hanya saja apriori belum merekah, masih berupa argot-argot beku. Disparitas menciptakan elegi. Perasaan yang frontal menjadi fluktuatif. Genial..., grafologi dan futurologi tak terdeteksi. Aku bukan hipokrit pun indolen yang mengkamuflase segala. Hapus sikap skeptis karena kita butuh restorasi...!


"Selamat menyelami huruf-huruf (usang)-ku"

Minggu, 02 September 2012

Perjalanan Ke Borik


Senin, 16 April 2012
Akhirnya ada juga waktu yang bisa diluangkan untuk menuju ke Borik. Sebuah desa kecil yang terletak di kecamatan Satarmese Barat. Desa ini adalah tempat tugas dari peserta SM-3T bernama Ellit Pipop Setiawan dan Panitia Sari. Kedua pendidik ini mengabdi di SDI Borik. Jarak lokasi dengan kota kabupaten sekitar 80 km.
Sekitar pukul 11.00 WITA aku dan Atina (salah satu pendidik yang bertugas di Rahong Utara) bergegas menuju terminal Mena. Sebuah terminal yang tidak begitu luas tempat bemo dan oto parkir untuk menjemput penumpang. Kali ini aku dan Tina menjadi salah satu penumpang di kendaraan yang bernama “OTTO” (sebuah kendaraan truk yang diberi atap dan kursi kayu). Otto merupakan kendaraan utama yang ada di NTT. Truk dipilih karena akses jalan yang ada di NTT kebanyakan berbatu terjal dan kondisi jalan yang naik turun, sehingga jika menggunakan bus belum tentu bisa menyatu dengan kondisi jalan yang luar biasa. Perjalanan menuju desa Borik memakan waktu kurang lebih 6 jam. Dalam perjalanan kami tidak bisa tidur karena tempat duduk yang tidak nyaman serta musik yang begitu keras membuat kami menjadi pusing dan lambat laun merasa mual. Puncak dari ketidaknyamanan ini adalah Mabuk alias muntah. Tina memang pendidik yang luar biasa, ia menyesuaikan jumlah jam untuk bisa muntah sebanyak 6X. Satu jam, 1X muntah, sungguh manusia cerdas... ^_^
Berbeda denganku, aku adalah orang yang tidak pernah mengalami mabuk perjalanan kecuali dipengaruhi oleh rekan seperjalananku. Awalnya aku santai dan senang menikmati perjalanan yang sebagian besar pegunungan. Namun ketika melihat Tina mabuk, perutku lambat laun mengikuti jejak Tina, tiba-tiba perutku sangat mual. Makanan yang ada di dalamnya seolah mendorong untuk keluar. Dengan sekuat tenaga aku menahan agar makanan yang ada di dalam perutku tidak keluar, cara yang kugunakan adalah menutup hidung dengan menggunakan Slayer. Cara ini sedikit membantuku agar tidak terkontaminasi dengan bau yan ada di dalam otto termasuk bau mesin.
Pukul 15.00 WITA akhirnya kami tiba di Dintor (Kampung kecil sebelum Borik). Aku dan Tina sudah sedikit lega, karena tau penderitaan kami akan segera berakhir.