Kita boleh Telanjang, tapi jangan bulat-bulat.



Selalu ingin menulis kata yang dapat memberi suntikan semangat, kata yang sederhana namun ber-Daya...bagi hidupku...^_^


Butuh advis untuk meringankan antesedan. Seenaknya menganulir dengan apatis, padahal animo hampir finish. Hanya saja apriori belum merekah, masih berupa argot-argot beku. Disparitas menciptakan elegi. Perasaan yang frontal menjadi fluktuatif. Genial..., grafologi dan futurologi tak terdeteksi. Aku bukan hipokrit pun indolen yang mengkamuflase segala. Hapus sikap skeptis karena kita butuh restorasi...!


"Selamat menyelami huruf-huruf (usang)-ku"

Senin, 21 Mei 2012

Sang Altruis*) Oleh: Sandra Noryz

Sangkaku terbalik jauh Benang yang tidak sengaja terjatuh itu menjadi terurai begitu panjangnya Adagium pernah berkata: “Witing tresna jalaran saka kulina”... Begitu saktinya kumpulan huruf itu hingga mampu merubah hidup dalam sekejapan. Hatiku tertuang menjadi cinta yang beraksioma untukmu Saat kau jelma dirimu menjadi altruis hidupku Afirmasimu terhadapku telah meluluhkanku Kata-kata absurdmu telah meyakinkanku Tentang Apatismu, arkaismu, bombastismu menjadi frontal bagiku Aku bukan hipokrit, maka aku kan permisif untukmu Jangan skeptis dengan rasa ini sayang... ubi voluntas est ibi est via Mari kita belajar tentang futurologi saja Agar fluktuasi hati ini terkendali Tak butuh Aklamasi pun Advis untuk menjawabmu Aku hanya bisa berkata :”Omnia Vincil Amor Ellit Pipop Setiawan” *) Sajak ini kualamatkan pada Ellit Pipop Setiawan “Altruis Hatiku” Ruteng, 140112 00.00 WITA

On The Trip to NTT

Selasa, 13 Desember 2011 Senja hari petualangan menuju negeri flores dimulai. Tak bisa tergambarkan bagaimana rumusan hati terbentuk. Rasa dituang dalam tatapan mata keluarga yang mengantar di auditorium UNNES. Sebuah universitas yang menjunjung tinggi jargon Konservasi. Sebuah universitas yang melahirkan pejuang kemerdekaan di pelosok nusantara yakni pendidik anak bangsa. Rasa haru tentu menyeruak dari bilik hati melihat tatapan binar dan semangat tertahan dari pendidik anak bangsa yang menguatkan keluarganya satu-per satu, mencoba menjelaskan kepada orang terkasih bahwa “Aku ingin mendidik indonesia” , kalimat yang sesungguhnya sederhana namun sulit diucapkan. Kalimat itu tetap pada tempatnya yakni hati. Roda-roda berputar, tekad yang kuat telah menyertai para pendidik sore itu dan mengantar mereka menuju Bandara Juanda Surabaya.