Kita boleh Telanjang, tapi jangan bulat-bulat.



Selalu ingin menulis kata yang dapat memberi suntikan semangat, kata yang sederhana namun ber-Daya...bagi hidupku...^_^


Butuh advis untuk meringankan antesedan. Seenaknya menganulir dengan apatis, padahal animo hampir finish. Hanya saja apriori belum merekah, masih berupa argot-argot beku. Disparitas menciptakan elegi. Perasaan yang frontal menjadi fluktuatif. Genial..., grafologi dan futurologi tak terdeteksi. Aku bukan hipokrit pun indolen yang mengkamuflase segala. Hapus sikap skeptis karena kita butuh restorasi...!


"Selamat menyelami huruf-huruf (usang)-ku"

Jumat, 05 September 2014

Mengapa Guru?


Dukungan ortu
          Meski menjadi guru bukanlah profesi yang diinginkan orang tua, namun berkat komunikasi yang baik, Saya bisa meyakinkan Ayah dengan profesi guru. Pada dasarnya Ayah menginginkan Saya untuk kuliah di UNDIP dengan mengambil jurusan Teknik Sipil. Namun karena saya merasa keahlian saya bukan di sana, saya menolak dan mengambil jurusan kependidikan dengan menjadi seorang guru. Ayah saya adalah sosok yang demokrtatis. Ia tak pernah memaksa Saya untuk tetap menjadi seorang Insinyur. Program SM-3T yang semakin membuat Ayah saya bangga ketika saya memilih profesi sebagai seorang guru. Dan sampai saat ini, Ayah sangat mendukung profesi Saya, hingga beliau menawarkan untuk menjadi PNS di Buton, Sulawesi karena sekarang Ayah telah terjun ke dunia Politik dengan menjadi Ajudan Wakil Bupati dari unsur TNI.