Kita boleh Telanjang, tapi jangan bulat-bulat.



Selalu ingin menulis kata yang dapat memberi suntikan semangat, kata yang sederhana namun ber-Daya...bagi hidupku...^_^


Butuh advis untuk meringankan antesedan. Seenaknya menganulir dengan apatis, padahal animo hampir finish. Hanya saja apriori belum merekah, masih berupa argot-argot beku. Disparitas menciptakan elegi. Perasaan yang frontal menjadi fluktuatif. Genial..., grafologi dan futurologi tak terdeteksi. Aku bukan hipokrit pun indolen yang mengkamuflase segala. Hapus sikap skeptis karena kita butuh restorasi...!


"Selamat menyelami huruf-huruf (usang)-ku"

Jumat, 03 Agustus 2012

Catatan Lembut Sang Pendidik - Februari


Selasa, 14 Februari 2012
Hemm...hari ini tidak dapat ditebak, aku tidak menyangka kalau anak didikku akan menerima kemarahanku. Mengapa tidak, hal ini juga disebabkan oleh mereka sendiri, merekalah yang menyulut api kemarahanku. Sungguh,,,aku benar-benar menjadi guru yang tidak sesuai dengan harapan. Pagi buta aku sudah menyiapkan bahan ajar dengan semangat membara meski udara pagi dingin menusuk. Aku melakukannya semata-mata hanya untuk mereka, anak didikku. Nyatanya sampai sekolah, lagi-lagi aku pantas disebut guru yang tidak disiplin karena korupsi waktu sebanyak 15 menit. Aku melewati semua gedung sekolah yang ada untuk sampai ke ruang kelas X TPHP. Sesampai di sana, aku mendapati siswaku berkeliaran tidak jelas, dan yang lebih parahnya lagi mereka tidak lari masuk kelas ketika melihat kedatanganku. Mereka hanya duduk-duduk saja di luar kelas dengan santainya sambil memandangku dari kejauhan. Begitu mendekat, ada salah satu siswa yang bertanya “sudah jam berapa ibu?”. “Jam 07.30, ayo masuk” kataku sambil menggiring mereka masuk ke dalam kelas.
Tak disangka-sangka kondisi kelas juga tidak sesuai dengan hati, kotor sekali. Aihh...sudah siang, kelas belum dibersihkan lagi. Dongkol sekali rasanya hati ini melihat perilaku siswa siswiku yang demikian. Rasanya jengkel, ingin marah, sedih, kasihan, ahh campur aduk lah pokoknya. Aku masih menahan diri waktu itu kemudian berkata “ayo kelasnya dibersihkan dulu”. Mereka lalu meminjam sapu dari kelas sebelah. Aku menunggu hampir setegah jam diluar, tapi kegiatan pembersihan kelas belum juga berakhir. Aku sempat berpikiran buruk kepada mereka, jangan-jangan mereka sengaja memperlambat kerja mereka untuk mengulur waktu pelajaran. Astagfirulloh hal’adzim...mengapa aku seperti ini, kekesalan apa yang menimpaku sehingga mengharuskanku untuk mencari pelampiasan seperti ini. Hatiku tidak karuan...

Rabu, 15 Februari 2012
Mengajar di kelas XI TPHP2...berbeda sekali rasanya hari ini. Diskusi  berjalan lancar mulai pagi hari, siswa juga sepertinya sangat antusias dan paham akan materi yang akan dibahas ketika mereka presentasi. Begitu lucunya tingkah merekan ketika berbicara, memberikan penjelasan akan pertanyaan dari temannya. Dialek Manggarai yang khas tidak luput dari ucapan mereka.
Kali ini aku ingin menceritakan muridku yang benama Evaldus Untung. Dia selalu memperhatikanku ketika berbicara dengan gaya mulut yang terbuka. Haha...unik dan menggelitik. Meskipun begitu, ia adalah murid yang baik, tertib, dan lumayan paham akan pelajaran.

Minggu, 19 Februari 2012
Kondisi payah aku tetap bersikukuh untuk mengunjungi teman di kecamatan Lelak tepatnya di SMP N 5 Ruteng/ Gelong. Jam 10.00 WITA aku dan Bang Addin sudah dijemput oleh Pak Musa (guru SM3T yang bertugas di sana). Rencananya kami ingin mencari Durian di Lelak, tetapi nasib kami kurang beruntung. Durian sudah habis, ditambah lagi pemilik durian meninggal hari ini. Sungguh malang, perasaan kecewa tentu ada tetapi kami berusaha mengerti akan kondisi tersebut. Pak Musa sepertinya merasa tidak enak, sehingga membelikan kami kelapa muda sebagai pengganti duren.
Akses jalan yang ditempuh untuk menuju Ruteng Gelong tidak terlalu sulit, hanya kondisi jalan dititik-titik tertentu sangat parah. Dari jalan raya menuju desa memakan waktu 30 menit, sedangkan dari jalan raya menuju Ruteng memakan waktu 1 jam. Desa itu belum terjamah oleh listrik, sehingga jensetlah yang berperan untuk menerangi mulai jam 18.00-22.00 WITA.

Senin, 20 Februari 2012
Bangun tidur kakiku tidak bisa digerakkan, untuk bangkit berdiri saja tidak kuat. Yah...inilah dampaknya karena terlalu memaksakan diri. Balsem otot geliga sudah hampir habis kugunakan. Sial...hari ini aku harus mengajar 6 jam. Mau tidak mau aku harus berangkat ke sekolah. Tidak bisa diam saja di rumah sambil merasakan kakiku yang mati rasa ini. Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WITA. Aku sudah siap dengan stelan baju PSH biru tua untuk berangkat ke sekolah. Tiba di sekolah belum banyak guru yang hadir. Beberapa menit setelah aku datang, kepala sekolah menyusul dari belakang. Beliau lalu memberikan instruksi untuk mengumpulkan semua murid karena akan ada apel pagi hari ini. Aku lalu mengumpulkan semua murid, mulai dari kelas X- kelas XII. Kepala Sekolah memberikan sambutan singkatnya terkait dengan ujian kelas XII dan kedisiplinan warga sekolah yang semakin hari semakin berkurang.
Apel telah usai, ketika kami (para guru) ditegur oleh Kepala Sekolah mengenai kedisiplinan. Dalam beberapa minggu terakhir ini, banyak sekali guru yang datang terlambat. Seharusnya jam sekolah dimulai pada pukul 07.15 WITA, tetapi kebanyakan guru hadir jam 08.00 WITA sehingga KBM pun terhambat. Banyak siswa yang jenuh menunggu kehadiran gurunya, sehingga lambat laun membentuk kebiasaan pada mereka untuk datang terlambat juga. “Buat apa kita datang pagi, paling gurunya juga belum ada”, itulah alasan yang mereka pakai agar bisa datang siang dan tidak mengindahkan peraturan sekolah.
Hari ini aku mengajar dii kelas XI TPHP 1. Aku tidak menerangkan, tetapi aku melaksanakan Ulangan Harian I  dengan tema “Diskusi”. Kelas ini sudah tertinggal jauh dengan kelas XI TPHP II yang sebentar lagi akan melaksanakan Ulangan harian II. Setelah itu aku kembali mengajar di kelas X TGB. Entah mengapa hari ini aku malas sekali mengajar, mungkin karena aku terlalu capek sehingga berpengaruh pada konsentrasi mengajar. Di kelas X TGB aku beri tugas untuk mencatat materi dengan judul “Kalimat yang baik, Tepat, dan Santun”. Usai mengajar aku menuju PMI untuk memberi kepastian terhadap kegiatan Donor Darah yang akan dilaksanakan besok hari Rabu.

Selasa, 21 Februari 2012
Gara-gara piket masak aku jadi terlambat pergi ke sekolah. Melaju dengan kecepatan 60 km akhirnya aku bisa sampai ke sekolah. Siswa-siswa sudah menungguku untuk ulangan. Kali ini kelas X TPHP yang mendapat giliran ulangan lebih dulu karena materi pembelajaran mereka lebih dulu dibandingkan dengan kelas TGB. Materi ulangan kali ini adalah kalimat efektif, tepat, dan santun. Suasana kelas begitu hening ketika ulangan berlangsung. Aku memeriksa catatan mereka dan membaca buku harian mereka. Tetapi sebelum ulangan dimulai, siswa meminta waktu 15 menit untuk belajar. Akupun mengabulkan permintaan mereka. Parahnya lagi ketika waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 WITA masih ada siswa yang datang terlambat. Aku sebal sekali melihat ketidakdisiplinan siswa yang seperti itu. Akhirnya aku memberikan sangsi untuk mereka. Bagi yang putra aku menyuruh mereka untuk push up sebanyak 20X, sedangkan yang putri aku beri hukuman skot jump sebanyak 10X. Sebenarnya agak berat juga memerikan hukuman fisik seperti itu, namun tradisi yang berkembang di sekolah ini seperti itu. Tidak banyak siswa yang menuruti kata gurunya jika tidak diberi bumbu berupa sangsi fisik.
Ketika waktu kurang 15 menit, aku memerintahkan mereka untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Tetapi mereka menolak secara tersirat “belum selesai bu” kata mereka secara serempak. Aku beri tambahan 15 menit. Entah apa yanga da dipikiranku, apa soalnya terlalu sulit atau bagaimana. Aku sudah menjelaskan kepada mereka pada pertemuan sebelumnya dan  ketika aku bertanya “sudah paham? Sudah jelas? Ada pertanyaan?”. Mereka menjawab “ Sudah bu, tidak ada, sudah paham dan jelas”. Ketika mendengar jawaban seperti itu aku pun lega karena materi yang aku ajarkan dapat diterima dengan baik oleh mereka. 

0 komentar:

Posting Komentar