Senin,
16 April 2012
Akhirnya
ada juga waktu yang bisa diluangkan untuk menuju ke Borik. Sebuah desa kecil
yang terletak di kecamatan Satarmese Barat. Desa ini adalah tempat tugas dari
peserta SM-3T bernama Ellit Pipop Setiawan dan Panitia Sari. Kedua pendidik ini
mengabdi di SDI Borik. Jarak lokasi dengan kota kabupaten sekitar 80 km.
Sekitar
pukul 11.00 WITA aku dan Atina (salah satu pendidik yang bertugas di Rahong
Utara) bergegas menuju terminal Mena. Sebuah terminal yang tidak begitu luas
tempat bemo dan oto parkir untuk menjemput penumpang. Kali ini aku dan Tina
menjadi salah satu penumpang di kendaraan yang bernama “OTTO” (sebuah kendaraan
truk yang diberi atap dan kursi kayu). Otto merupakan kendaraan utama yang ada
di NTT. Truk dipilih karena akses jalan yang ada di NTT kebanyakan berbatu
terjal dan kondisi jalan yang naik turun, sehingga jika menggunakan bus belum
tentu bisa menyatu dengan kondisi jalan yang luar biasa. Perjalanan menuju desa
Borik memakan waktu kurang lebih 6 jam. Dalam perjalanan kami tidak bisa tidur
karena tempat duduk yang tidak nyaman serta musik yang begitu keras membuat
kami menjadi pusing dan lambat laun merasa mual. Puncak dari ketidaknyamanan
ini adalah Mabuk alias muntah. Tina memang pendidik yang luar biasa, ia
menyesuaikan jumlah jam untuk bisa muntah sebanyak 6X. Satu jam, 1X muntah,
sungguh manusia cerdas... ^_^
Berbeda
denganku, aku adalah orang yang tidak pernah mengalami mabuk perjalanan kecuali
dipengaruhi oleh rekan seperjalananku. Awalnya aku santai dan senang menikmati
perjalanan yang sebagian besar pegunungan. Namun ketika melihat Tina mabuk,
perutku lambat laun mengikuti jejak Tina, tiba-tiba perutku sangat mual.
Makanan yang ada di dalamnya seolah mendorong untuk keluar. Dengan sekuat
tenaga aku menahan agar makanan yang ada di dalam perutku tidak keluar, cara
yang kugunakan adalah menutup hidung dengan menggunakan Slayer. Cara ini
sedikit membantuku agar tidak terkontaminasi dengan bau yan ada di dalam otto
termasuk bau mesin.
Pukul
15.00 WITA akhirnya kami tiba di Dintor (Kampung kecil sebelum Borik). Aku dan
Tina sudah sedikit lega, karena tau penderitaan kami akan segera berakhir.
0 komentar:
Posting Komentar